Impor Minyak Turut Lemahkan Kurs Rupiah
Pada 8 Oktober 2018, PT Len Industri genap berusia 27 tahun. Namun, banyak masyarakat yang belum begitu mengenal dengan perusahaan ini. Untuk itu, ke depan akan dikemas public relation yang lebih baik lagi agar masyarakat semakin mengenalnya. Akan lebih agresif dipromosikan produknya dan lebih masif disampaikan keberhasilan PT Len Industri.
Sinergi dengan sesama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan ditingkatkan. Kesan Len Industri sebagai perusahaan yang kuno harus diperbaiki, harus di-upgrade. Ke depan, berusaha menjadikan para milenial tertarik bekerja di Len. Sebab, generasi berikutnya harus menggantikan yang ada saat ini. Alangkah naifnya jika yang tua bekerja, sementara yang muda tidak mau masuk ke Len.
Untuk mengetahui bagaimana jajaran pimpinan PT Len Industri membuat perusahaan ini makin dikenal publik dan produknya makin berkualitas, wartawan Koran Jakarta, Teguh Raharjo, berkesempatan mewawancarai Direktur Utama PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin, di Bandung, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya.
Bisa dijelaskan bedanya Len dulu dengan sekarang?
Dulu Len tidak terinfokan dengan baik, banyak yang tidak tahu. Bahkan, mereka yang tinggal di sekitar perusahaan tidak mengetahui apa itu Len. Sekarang sudah mulai tahu. Soal pekerjaan tentunya jauh lebih kompleks sekarang. Kinerjanya sudah semakin baik, mampu memberikan keuntungan buat negara. Produknya sudah dipakai bahkan hingga ke luar negeri.
Sebetulnya, sejak kapan Len ini hadir di Tanah Air?
Jika Len sebagai perseroaan atau BUMN usianya baru 27 tahun. PT Len Industri ini menjadi perseroaan sejak tahun 1991. Tapi Len sebagai lembaga itu sudah ada sejak tahun 1965. Dulu Lembaga Elektronik Negara itu di bawah LIPI, sebagai bagian dari lembaga riset nasional. Namun, kami sepakat usia Len itu 27 tahun atau sejak tahun 1991 setelah berdiri sendiri. Len kini sebagai entitas industri.
Apakah ada tema khusus untuk HUT Len tahun ini?
Tahun ini, kami mulai memublikasikan Len sebagai entitas perusahaan bidang teknologi. Masyarakat harus mulai tahu Len. Kalau dibandingkan BUMN lain, seperti Pindad atau PT DI, Len itu baru terdengar. Kenapa? Karena produknya memang jarang terlihat langsung. Padahal, di balik produk yang dihasilkan PT KAI, PT Pindad, PT DI, di sana ada andil PT Len Industri.
Nah, kami ingin agar Len semakin dikenal masyarakat sebagai perusahaan elektronik milik Indonesia. Masyarakat harus selalu ingat, di mana ada kendaraan, peralatan berbasis listrik atau komputerize, pasti ada Len di sana. Mulai tahun depan, kami publikasikan ini semua. Apalagi sekarang ini kan generasinya milenial. Perusahaan strategis di kalangan milenial ini masih terkesan kuno, jarang diminati untuk diburu sebagai pekerjaan masa depan.
Pandangan ini yang harus diperbaiki, kami akan up grade, mengubah mindset, repackaging Len. Kami ingin Len sejajar dengan perusahaan global bidang teknologi. Tahun ini, pada HUT ke-27 kami harus mendorong inovasi menuju perusahaan kelas dunia.
Karyawan mendukung?
Iya. Sudah tahu semua. Kami sudah memulai sejak tahun 2017 dengan membuat rencana jangka panjang perusahaan lima tahunan. Kami akan kemas bahwa Len bukan sekadar perusahaan elektronik, mirip pabrik televisi begitu. Kami jauh lebih besar dari itu. Kami contohkan LRT Palembang itu adalah salah satu produk hasil kerja bersama BUMN, termasuk Len.
Bagaimana agar masyarakat tahu produk Len?
Kalau mencari produk Len di LRT tidak akan terlihat jelas. Yang pasti, persinyalan, kelengkapan elektronik, komunikasi, listrik, itu kami yang set up. Baru akan terlihat dengan jelas jika masuk ruang kontrol. Semua karya Len. LRT Palembang itu sangat kompleks, tapi bisa dibuat oleh konsorsium BUMN, artinya kita mampu. Apalagi menggunakan teknologi tercanggih.
LRT ini sangat beda dengan kereta api lain. Semua serba komputerize. Semua terkendali secara terpusat, meski tetap masih menggunakan masinis. Sinyal, lampu, kontrol, dan lainnya terpusat di titik kendali utama. Kalau kereta api biasa itu masinis sebagai titik utama, ini tidak. Dari pusat informasi semua dikendalikan, mulai maju dan mundurnya kereta dan hal lainnya. Memang itu pilihan, tapi yang sekarang teknologi terbaru semua. Lebih fleksibel dalam pengoperasiannya.
Kok berani memulai sesuatu yang baru?
Sebenarnya ini bukan barang baru, Len sudah memulai riset sejak 20 tahun lalu. Sekarang semua sudah canggih sehingga kami yakin bisa membangun ini. Tinggal bagaimana negara dan customer memberi kesempatan kepada kami apa tidak. Untuk di dalam negeri, mau tidak menggunakan produk Len, mau memberikan kesempatan tidak untuk kami.
Kalau pemerintah atau pembeli dalam negeri tidak memberikan kesempatan, lalu siapa lagi? Kalau ada masalah itu bagian dari pembelajaran, tinggal bagaimana menindaklanjuti, memecahkan problem itu. Seperti KA Cepat China, kan kita tidak tahu prosesnya hingga saat ini menjadi tercanggih. Berapa banyak yang rusak, bahkan kecelakaan, tidak ada yang tahu itu, kita hanya tahu canggihnya saja.
Memang terkadang media senang dengan berita bombastis. Kalau membuat mobil listrik baru satu, banyak masalah, ya masih wajar. Jepang saja membuat kendaraan listrik, sering re-call karena ada yang rusak, sudah ribuan kali rusak, tidak masalah itu pembelajaran bagian dari proses produksi. Kita terus maju sehingga ke depan bisa lebih baik. Nah, itu yang sedang kami kemas, di Indonesia ada perusahaan teknologi yang canggih, tenaganya muda asli Indonesia. Buktinya kita bisa menyelesaikan proyek LRT. Len tentu menjadi bagian kebanggaan bangsa Indonesia.
Bisa diceritakan rencana jangka pendek dan panjang?
Kami saat ini bekerja untuk engineering, procurement, dan construction (EPC). Ke depan dengan kebijakan pemerintah yang mendukung iklim usaha pasti akan semakin baik. Jika ada keterbatasan dana APBN tidak menjadi hambatan karean bisa mencari pembiayaan di luar APBN, harus kreatif mencari pembiayaan, sinergi dengan BUMN lain harus berjalan baik. Jangan terus membebani APBN. Optimistis ini akan terus berkembang.
Salah satunya misalkan LRT di Jakarta itu baru 10 persen dari kebutuhan. Artinya potensinya masih besar. Belum lagi untuk kota-kota lain, seperti Bandung, Medan, Bogor, dan Surabaya. Kendalanya memang di pembiayaan. Len juga ikut investasi yang didukung BUMN lain untuk membangun LRT ini. Misal kami di bidang persinyalan dan elektroniknya, Inka di keretanya, KAI di operasionalnya, dan lain-lain.
Setelah ini kami siap untuk menawarkan ke global. Misalnya, kami sudah jualan ke Bangladesh. Kami tawarkan moda transportasi kereta api yang lebih bagus dari yang mereka punya saat ini. Kemarin, Len ikut pameran di Berlin, Jerman, tentunya untuk mencari pasar baru. Setidaknya dunia mengenal Len dulu. Seperti kemarin presentasi ke Filipina. Kunjungan ke luar negeri, minimal dapat proyek baru di luar negeri. Untuk mendukung ekspor. Kami juga bisa ekspor jasa konstruksi.
Sumber daya manusianya sudah siap?
Soal SDM saya yakin betul. Ada di empat lini bisnis Len, mulai sistem transportasi, pertahanan elektronik, renewable energi, dan ICT Navigasi. Sistem transportasi paling banyak, karena memang pemerintah sekarang fokus ke infrastruktur. Enginer kami sudah banyak yang tersertifikasi, bahkan ada yang sertifikat internasional. Di Indonesia hanya belasan orang yang memiliki sertifikat internasional bidang persinyalan, enam orang ada di Len.
Lisensi internasional itu memungkinkan untuk membuat sistem persinyalan sendiri. SDM secara umum kualifikasinya sudah baik. Kami akan terus tambah SDM tersertifikasi ini, kerja sama dengan industri global seperti Siemens dan lainnya. Karyawan kami total sekitar 1.500. Enginer-nya sekitar 70 persen.
Apakah peralatan juga sudah mendukung untuk rencana Len ke depan?
Kami tentu terus melakukan up date peralatan. Memang tidak semua produksi dilakukan sendiri dan di Indonesia. Kami kerja sama dengan mitra kami. Jangan sampai membuat pabrik sendiri, tapi kurang diminati pasar.
Tentunya riset menjadi hal penting, berapa banyak riset setiap tahunnya? Wah banyak sekali. Tapi beberapa sudah siap digunakan masyarakat. Di ulang tahun kali ini kami akan launching karya inovasi terbaru. Akan dikasih penghargaan kepada inovator Len, apalagi yang sudah menjadi prototipe. Akan ada launching produk yang sudah siap dijual kepada masyarakat.
Memang kami tidak melakukan riset dari nol, tetapi melihat permintaan pasar. Kami lihat dulu teknologi dunianya sudah ada apa enggak, lalu dibuat kerja sama riset dengan mereka dan lalu membuat produk lokalnya sesuai kebutuhan di sini. Kalau dua tahun ini saja, yang sudah jadi prototipe sudah ada sekitar sembilan.
Apakah regulasinya sudah mendukung?
Sedang digodog oleh Menteri ESDM, termasuk tentang pemakaian rooftop sistem ini. Jangan sampai mentok. PLN memang masih belum legowo jika maksimalkan investasi di energi terbarukan tenaga surya ini. Tetapi kalau tidak mulai dari sekarang kapan lagi?
Penjualan ekspor sendiri bagaimana?
Jual keluar masih sangat sedikit. Dari pendapatan kami tahun lalu sebesar 4,3 triliun rupiah itu ekspor kecil. Itu bukan produk, tapi jualan jasa, sekalian membawa barang kami juga, sekitar 20 miliar rupiah. Kami terus menawarkan ke luar negeri. Masalahnya adalah kekuatan finansial negara yang dituju.
Kami kalah dengan Jepang dan China karena selain menawarkan produk, mereka juga sekaligus membawa uangnya atau pinjaman kepada negara tujuan. Nah, konsep seperti ini sedang kami coba. Membawa produk, sekaligus pinjaman modal untuk negara tujuan. Sinergi BUMN tentu akan diperlukan.
Len sekarang sedang membangun Teknopark di Subang, untuk jangka panjang?
Kami mulai dari awal tahun ini membangun beberapa lagi di sana. Ada tiga gedung yang sudah selesai. Semoga awal tahun depan kami sudah bisa gencar lagi untuk investasi di sana. Tahun 2019, sekitar 90 persen selesai Subang Teknopark ini. Di sana itu nanti ada tempat belajar bagi masyarakat, selain kami akan pindahkan industri di Bandung ke sana, sudah sangat padat di sini.
Kami akan membangun sebuah lingkungan yang memang erat untuk pendidikan. Semua prototipe akan kami set up di sana. Mulai dari mobil listrik akan dipasang. Mambangun miniatur trem. Semua akan dioperasikan di sana sebagai contoh produk yang bisa diproduksi massal. Luasnya sekitar 12 hektare.
Mimpi besar Len ke depan apa?
Tentunya merealisasikan visi dan misi kami. Target jangka pendek lima tahunan yakni menjadi perusahaan teknologi berkelas dunia. Masyarakat Indonesia harus tahu bahwa kami adalah perusahaan berkompetensi global. Sangat jarang perusahaan di Indonesia yang mirip Len. Di dunia sudah banyak, ada Tesla, Thales hingga Microsoft. Kami akan buktikan jika Len bisa ikut aktif dalam pembangunan Indonesia, membangun infrastrukturnya. N-3
Sumber: https://bit.ly/2C1bEFq